top of page

AMORAL DALAM KOSTITUSIONAL

AMORAL DALAM KONSTITUSIONAL

Amoral merupakan kegiatan yang tidak diterima oleh norma dan nilai yang umum pada masyarakat yang dibina dan dirawat secara sempurna sehingga melahirkan kegiatan-kegiatan positif ditengah-tengah masyarakat. Misalkan kejujuran, kemudian kesucian, kesetiaan atau loyalitas, bhakti amal, ikhlas, sabar dan lain sebagainya yang mendorong manusia untuk lebih menuju kepada makhluk yang “hanif” cenderung akan kebenaran dalam menjalankan setiap amanah kehidupan. Dari terpupuknya nilai-nilai positif ini kemudian manusia mencapai tujuan-tujuan luhurnya yakni “aman” dan “damai”. Amoral sangat bertentangan dengan konsep keislaman, karena ajaran yang diajarkan oleh islam sebagai agama yang “menyelamatkan dan mengamankan” tidak mentoleransi kesalahan, khuusnya dalam berkeyakinan. Apabila praktek-praktek amoral dijalankan, seperti misalkan, korupsi sebagai wujud ketidak jujuran, pemberontakan sebagai wujud ketidak setiaan, penduaan akan wujud ketuhanan maka yang terjadi adalah ketidak seimbangan bahkan kerusakan. Padahal manusia sevara total didunia dan semua itu akan diminta pertanggung jawaban nantinya. Membaca dan memahami alqur.an tidak hanya sekedar terbaca dan benar “secara pengucapannya” sebagai perwujudan konstitusional dalam beragama dan UUD 1945 sebagai konstitusional dalam bernegara maka sudah selayaknya kedua rujukan ini menjadi “pemandu” dalam mengambil setiap langkah yang dijalan manusia pada umumnya.

Konstitusional merupakan perwujudan alat pemandu bagi manusia untuk mencapai tujuan-tujuan “hanif”nya (luhur). Jika manus amampu mentransformasi konstitusional secara utuh dan benar maka konsekuensi logisnya adalah manusia akan mencapai tujuan-tujuannya. Dan ini akan mengantarkan manusia kedalam kebaikan-kebaikan atau surga. Namun sebaliknya jika manusia tidak mampu melakukan transformasi konstitusionalnya maka yang akan terjadi adalah manusia tidak akan mencapai tujuan luhurnya, jika dia tidak mampu mecapai tujuan luhurnya maka konsekuensi yang akan dia hadapi adalah hukuman atau neraka. Sebagai dampak logis dari kegiatan-kegiatan atau praktek-praktek amoral yang dilakukan dalam mentransformasi konstitusional dalam menjalani kehidupan baik sebagai pemeluk agama yang berkonstitusi kepada kitab suci dalam hal ini umat islam ialah al-qur’an dan sebagai warga Negara ialah UUD 1945. Contoh saja misalkan maraknya media dalam memberitakan, ketidak jujuran dalam hal ini korupsi, penduaan dalam hubungan suami istri sebagai strata sosial yang paling mudah dipahami, kemudian praktek pemberontakan terhadap posisi Negara. Ini semua jika tidak diakhiri maka akan mendorong manusia kedalam “hukuman”.

Namun manusia terus mengalami perubahan. Baik dari aspek moralitas, tata nilai dan tujuan. Inilah yang kemudian memerlukan konstekstualitas dalam menerjemahkan konstitusional yang dikenalkan. Sehingga tujuan luhur tetap bisa dicapai sesuai dengan apa yang tertuliskan namun dalam wujud-wujud yang relevan dengan zaman. Kegagalan dalam melakukan tranaformasi inilah yang membuat manusia terkungkung dalam kejumudan atau stagnasi sehingga amat sulit mewujudkan cita-cita luhur yang dicita-citakan, malah bukannya mencapai atau mencedungkan diri kepada kebenaran atau hanif. Manusia tersesat dalam jalur-jalur alternative yang dikiranya adalah jalur yang benar. Contoh jalur alternative ialah karena manusia ingin ketenangan, ingin kebahahagiaan maka kemudian dia melakukan kegiatan-kegiatan amoral dalam mencapai tujuan yang dikiranya adalah kebenaran tetapi itu bertentangan dengan aspek moralitas yang tertanam maka yang terjadi adalah kesesatan, penggunaan narkoba dan sejenisnya misalkan. Obat yang mengandung psikotropika membuat manusia tubuh manusia lebih rilex, tenang, damai namun dalam kekeliruan. Karena pengguaan obat-obat ini diatur oleh kosntitusi sbegai obat dalam kategori terlarang. Sekali lagi, sekalipun menimbulkan efek “ketenangan” dari apa yang digunkan namun bertentangan dengan kosntitusional maka hal ini akan menimbulkan impact kegelisahan karena manusia tercipta dan diciptakan cenderung akan kebenaran.

Contoh lagi amoral dalam konstisional misalkan pemberontakan dalam kenegaraan. Negara yang memiliki aturan atau kosntitusi sebagai contoh Indonesia yang memiliki kosntitusi UUD 1945 dan ideologi pancasila, sering kali tidak berjalan mulus seperti apa yang dicita-citakan oleh founders bangsa ini. Hal ini terjadi karena kelompok-kelompok yang gagal melakukan dan memahami transformasi konstiusi kedalam pemahaman kelompok dirinya sehingga jalan-jalan alternative dijalaninya dengan harapan tercapailah tujuan-tujuan luhur yang dicapainya, namun apa yang terjadi dengan kelompok ini. Mereka kemudian menjadi “bahaya” bagai Negara sehingga Negara menghukum mereka, karena kagiatan mereka tidak relevan dengan apa yang ingin capai. Menginginkan kecintaan namun dengan cara penghianatan kepada symbol-simbol Negara atau membenturkan pemahaman yang satu dan lainnya memiliki perbedaan yang cukup mendasar dan memang tujuannya adalah untuk tidak ingin berdamai.

Semua ini terjadi hari ini, kampanye globalisasi atau mendunia, apapun yang ada baik budaya, stye, hukum, manusia semua dibawa kedalam arus globalisasi percepatan dunia yang sangat tidak terelakan ini juga dibarengi dengan kecepatan perkembangan tekonlogi dan informasi sehingga apa yang terkadi adalah nilai-nilai luhur kecenderungan manusia dalam kebenaran kemudian dibawa kedalam mendunia, kampanye perdamaian adalah wujud transformasi sekaligu konstekstual solusi yang dibenarkan untuk mencapai tujuan dengan mengajak semua pihak berdamai dan berhenti melalui jalur-jalur alternative yang justeru membuat semakin tidak tercapainya tujuan, maka kembali merelavansi tujuan dengan arah berjalan. Sehingga jalan benar mengantarkan kepada keselatan mengantkan kepada tujuan-tujuan yang diinginka atau manusia yang dicipatakan cenderung akan kebenaran bisa menciptakan perjalan yang membahagiakan.


Featued Posts 
Recent Posts 
Find Me On
  • Facebook Long Shadow
  • Twitter Long Shadow
  • YouTube Long Shadow
  • Instagram Long Shadow
Other Favotite PR Blogs
Serach By Tags
No tags yet.
bottom of page